Identifikasi dan Klasifikasi Visual
Obyek Liputan Lahan Pantai pada Citra Google Earth dengan Ketinggian Antara
750-1000 m da 4000-7500 m
Disusun oleh :
Nama : Nuning
Khairunnisa
NIM : 230210140028
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
2016
Penginderaan
jauh merupakan salah satu teknik interpretasi citra yang memiliki pengertian pengambilan
atau pengukuran data / informasi mengenai sifat dari sebuah fenomena, obyek atau
benda dengan menggunakan sebuah alat perekam tanpa berhubungan langsung dengan
bahan studi. Terdapat empat komponen dasar dari sistem penginderaan jauh yaitu
target, sumber energi, alur transmisi, dan sensor. Citra yang didapatkan
nantinya akan diinterpretasi untuk menyajikan informasi mengenai target. Proses
interpretasi biasanya berupa gabungan antara visual dan automatic dengan
bantuan komputer dan perangkat lunak pengolah citra.
Penginderaan jauh banyak digunakan karena beberapa
alasan yaitu (1). Citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan
bumi dengan : (a) wujud dan letak obyek yang mirip wujud dan letaknya di
permukan bumi, (b) relatif lengkap, (c) meliputi daerah luas, (d) permanen;
(2). Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional
apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop; (3).
Karakteristik obyek yang tak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra
sehingga dimungkinkan pengenalan obyeknya; (4). Citra dapat dibuat ssecara
cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestrial; (5).
Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana; (6). Citra sering
dibuat dengan periode ulang yang pendek.
Citra satelit yang didapatkan memiliki berbagai
kegunaan misalnya untuk pemetaan tematik, kenampakan batuan yang berbeda dapat
dilacak oleh satelit, untuk mengidentifikasi jenis hutan dan ladang berpindah,
mengetahui kebocoran atau tumpahan minyak di laut, penentuan lokasi penangkapan
ikan di laut, serta memberikan informasi yang akurat tentang kondisi wilayah,
batas-batas teritorial, dan lain sebagainya. Penginderaan jauh maupun citra
yang dihasilkan banyak sekali dimanfaatkn oleh berbagai bidang pekerjaan
manusia, terutama pada bidang militer. Oleh
karena itu, ilmu mengenai penginderaan jauh, teknik interpretasi dan
kegunaannya ini sangat penting untuk dipelajari.
Tujuan dari praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui penggunaan unsur dan teknik interpretasi
2. Mengetahui kenampakan obyek
3. Mengidentifikasi jenis dan macam obyek dengan teknik
interpretasi citra visual
4. Mampu membedakan kenampakan dan karakteristik masing-masing
obyek yang tertera dalam citra (foto udara)
5. Mengklasifikasi obyek sesuai kenampakan obyek
berdasarkan karakteristik dan level ketinggian mata
Interpretasi
citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi obyek dan menilai arti
pentingnya obyek tesebut. Terdapat tiga rangkaian utama dalam interpretasi
citra yaitu :
1. Deteksi, merupakan pengamatan obyek pada citra yang bersifat
global dengan melihat ciri khas obyek berdasarkan unsur rona atau warna.
2. Identifikasi, merupakan upaya mencirikan obyek yang
telah dideteksi menggunakan keterangan yang cukup.
3. Analisis, merupakan tahap pengumpulan keterangan lebih
lanjut.
Terdapat dua metode untuk menginterpretasi citra,
yaitu sebagai berikut :
a) Interpretasi secara manual, yaitu pengenalan
karakteristik obyek secara spasial berdasarkan pada unsur-unsur interpretasi
citra penginderaan jauh.
b) Interpretasi secara
digital, yaitu interpretai yang menggunakan bantuan hardware dan software
komputer mulai dari koreksi citra, penajaman citra dan klasifikasi citra.
Unsur interpretasi citra memiliki sembilan komponen,
yaitu :
1) Rona dan warna
Rona adalah tingkat kegelapan atau
tingkat kecerahan obyek pada citra. Sedangkan warna merupakan wujud yang tampak
oleh mata dengan menggunakan spektrum yang lebih sempit dari spektrum tampak. Rona
dapat diukur dengan dua cara yaitu dengan cara relatif menggunakan mata biasa yang
dapat dibedakan atas lima tingkat yaitu putih, kelabu-putih, kelabu,
kelabu-hitam, dan hitam, serta dengan cara kuantitatif menggunakan alat yang
ronanya dapat dibedakan lebih pasti dan dengan tingkat pembedaan yang lebih
banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi rona yaitu karakteristik obyek, bahan
yang digunakan, pemrosesan emulsi, cuaca dan letak obyek.
Estes et al dalam Sutanto (1994) menyatakan bahwa ada
dua cara untuk mengukur warna yaitu dengan cara integral yang merupakan
pengukuran warna gabungan yang dibuahkan oleh lapis-lapis zat warna, tanpa memisahkan satu persatu,
serta dengan cara analitik yang
merupakan pengukuran densiti pada tiap gelombang bagi tiap lapis zat warna.
Salah satu faktor yang mempengaruhi warna adalah panjang gelombang sinar yang
membentuk warna atau disebut hue, dan fakor lainnya adalah saturasi dan
intensitas.
2) Bentuk
Bentuk merupakan
variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Terdapat
dua istilah dalam bentuk yaitu shape yang merupakan bentuk luar atau bentuk
umum dan form yang merupakan struktur yang bentuknya lebih rinci.
3) Ukuran
Ukuran adalah
atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume.
4) Tekstur
Tekstur adalah
frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang
terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.
5) Pola
Pola atau susunan
keruangan merupakan ciri yang menandai
bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
6) Bayangan
Bayangan bersifat
menyembuyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap.
7) Situs
Situs adalah letak
suatu obyek terhadap obyek lainnya.
8) Asosiasi
Asosiasi merupakan
keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lain. Karena adanya keterkaitan
itulah maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi
adanya obyek lain.
9) Kovergensi bukti
Konvergensi bukti
yaitu bukti-bukti yang mengarah pada satu titik simpul.
Teknik
interpretasi citra diantaranya adalah seperti dibawah ini :
a)
Data acuan
Data lain masih
diperlukan untuk lebih meyakinkan hasil interpretasi dan untuk menambah data
yang diperlukan dan tidak diperoleh dari citra. Data acuan dapat berupa
pustaka, pengukuran, analisis laboratorium, peta, kerja lapangan, foto
tersetrial, maupun foto udara selain udara selain citra yang digunakan.
Penggunaan data acuan akan meningkatkan ketelitian dan akurasi citra.
b)
Kunci interpretasi
citra
Kunci interpretasi
cira umumnya berupa poogan citra yang telah diinterpetasi set diyakinkan
kbenarannya. Serta dibei keterangan meliputi jenis obyek yang digambarkan,
unsur interpetasi , dan kterangan tentang ciitra menyyangkut jenis skala, waktu
prekamana, dan lokasi citra.
c)
Penanganan data
Data dapat berupa
kertas cetakan maupun transparansi. Dalam menangani data tersebut perlu berhati-hati
agar tidak menimbulkan goresan pada citra.
d)
Pengamatan
stereoskopik
Pengamatan stereoskopik
pada citra yang bertampalan dapat menimbulkan gambaran tiga dimensi bagi jenis
citra tertentu.
e)
Metode pengkajian
Terdapat dua
metode pengkajian secara umum yaitu fishing expedition dimana dilakukan
pengamatan terhadap seluruh obyek yang tergambar pada citra. Serta logical
search dimana penafsir citra secara selektif hanya mengambil data yang relevan
terhadap tujuan interpretasinya.
f)
Konsep multi
Terdapat enam cara
perolehan dan analisis data yaitu mutispektral, multitingkat, multitemporal,
multiarah, multipolarisasi dan
multidisiplin.
BAB
III
Alat
yang digunakan yaitu seperangkat komputer yang berisi software Google Earth dan
Microsoft Office.
Bahan
yang digunakan adalah foto citra satelit berbagai jenis dan skala, serta
transparansi.
Sumber : Google Earth
Sumber : Google Earth
Sumber : Google Earth
Sumber : Google Earth
No.
|
Rona
|
Bentuk
|
Ukuran
|
Tekstur
|
Pola
|
Bayangan
|
Situs
|
Asosiasi
|
Identifikai Obyek
|
1.
|
Gelap pada perairan
|
Memanjang, terdapat seperti dermaga kapal
|
Luas
|
Cukup halus
|
Tertata
|
Terdapat bayangan dari pemecah ombak
|
Terletak di tepi pantai
|
Terdapat kapal-kapal yang bersandar
|
Pelabuhan
|
2.
|
Berwarna hijau gelap
|
Padat
|
Kecil
|
Kasar
|
Tidak teratur
|
Terdapat bayangan tinggi pohon
|
Terletak di tepi pantai
|
Berada di bagian depan tambak
|
Hutan mangrove
|
3.
|
Gelap
|
Kotak-kotak
|
Luas
|
Halus
|
Teratur
|
Tidak terdapat bayangan
|
Terletak di dekat tepi pantai
|
Berada dekat hutan mangrove
|
Tambak
|
4.
|
Gelap
|
Memanjang
|
Kecil
|
Halus
|
Memanjang
|
Tidak terdapat bayangan
|
Terletak di antara pabrik dan tambak
|
Berada dekat pabrik
|
Jalan
|
5.
|
Terang
|
Memanjang
|
Luas
|
Cukup halus
|
Tak beraturan
|
Terdapat bayangan atap rumah
|
Terletak di area datar
|
Berada dekat tambak
|
Pemukiman
|
No.
|
Rona
|
Bentuk
|
Ukuran
|
Tekstur
|
Pola
|
Bayangan
|
Situs
|
Asosiasi
|
Identifikasi Obyek
|
1.
|
Gelap pada perairan
|
Memanjang, terdapat seperti dermaga kapal
|
Luas
|
Cukup halus
|
Tertata
|
Terdapat bayngan dari pemecah ombak
|
Terletak di tepi pantai
|
Terdapat kapal-kapal yang bersandar
|
Pelabuhan
|
2.
|
Warna hijau gelap
|
Padat
|
Kecil
|
Kasar
|
Tidak teratur
|
Terdapat bayangan tinggi pohon
|
Terletak di tepi pantai
|
Berada di bagian depan tambak
|
Hutan mangrove
|
3.
|
Gelap
|
Kotak-kotak
|
Luas
|
Halus
|
Teratur
|
Tidak terdapat bayangan
|
Terletak di dekat tepi pantai
|
Berada dekat hutan mangrove
|
Tambak
|
4.
|
Gelap
|
Memanjang
|
Kecil
|
Halus
|
Memanjang
|
Tidak terdapat bayangan
|
Terletak di antara pabrik an tambak
|
Berada dekat pabrik
|
Jalan
|
5.
|
Terang
|
Memanjang
|
Luas
|
Cukup halus
|
Tak beraturan
|
Terdapat bayangan atap rumah
|
Terletak di area datar
|
Berada dekat tambak
|
Pemukiman
|
6.
|
Berwarna hijau
|
Memanjang
|
Luas
|
Halus
|
Beraturan
|
Tidak terdapat bayangan
|
Terletak di area datar
|
Dekat pemukiman
|
Persawahan
|
7.
|
Gelap
|
Memanjang dan berliku
|
Panjang
|
Halus
|
Tak beraturan
|
Tidak terdapat bayangan
|
Bermuara ke laut
|
Diantara pemukiman
|
Sungai
|
8.
|
Gelap
|
Memanjang
|
Panjang
|
Kasar
|
Bercabang
|
Tidak ada bayangan
|
Terdapat bangunan seperti stasiun
|
Diantara pemukiman
|
Rel kereta api
|
9.
|
Gelap
|
Memanjang
|
Luas
|
Halus
|
Tak beraturan
|
Tidak ada bayangan
|
Berhadapan dengan laut
|
Berada di tepi pantai
|
Muara
|
Daerah yang diambil dari
citra google earth pada praktikum kali ini adalah daerah Cirebon. Berdasarkan
pada citra yang berkala besar atau memiliki ketinggian mata 840 meter, terdapat
beberapa obyek yang dapat diinterpretasi. Obyek-obyek tersebut diantaranya
pemukiman, pelabuhan, jalan, tambak, hutan mangrove dan areal pabrik. Obyek citra
dapat diidentifikasi berdasarkan pada sembilan unsur interpretasi citra yang
telah dipelajari. Masing-masing obyek yang teridentifikasi telah
dijabarkan unsur interpretasinya pada tabel diatas.
Unsur dan teknik
interpretasi berguna untuk mempermudah pengguna dalam mengidentifikasi
obyek-obyek yang terdapat pada citra. Dengan adanya penjabaran mengenai sembilan
unsur interpretasi citra menurut Sutanto (1994), pengguna dapat lebih mudah
menginterpretasi citra sesuai kebutuhannya. Begitu pula dengan teknik
interpretasi citra yang memiliki berbagai jenis teknik dan sangat berguna dalam
proses penginterpretasi citra.
Pada citra berskala kecil
atau memiliki ketinggian mata 4000 meter, mempunyai lebih banyak obyek yang
teridentifikasi. Selain obyek-obyek yang telah disebutkan pada citra berskala
besar, terdapat obyek lain misalnya rel kereta api, muara, sungai, dan
persawahan. Banyaknya obyek-obyek ini disebabkan karena skala citra tersebut yang
lebih kecil. Skala yang lebih kecil memiliki ketinggian mata lebih tinggi
dibandingkan dengan skala yang lebih besar. Semakin tinggi citra tersebut
diambil maka skala yang didapatkan semakin kecil. Akibatnya, obyek yang
terdapat pada citra akan semakin kecil ukurannya dan semakin tidak jelas
kenampakannya.
Ketinggian mata juga mempengaruhi
luas cakupan pengambilan citra. Semakin tinggi
ketinggian mata, maka cakupan citra akan semakin luas. Begitupula
sebaliknya, semakin rendah ketinggian mata maka luas cakupannya akan semakin
sempit. Hal ini yang menyebabkan obyek pada citra berskala besar lebih sedikit
dan lebih jelas kenampakannya dari obyek citra berskala kecil. Perbedaan ketinggian mata juga berguna untuk
pemanfaatan citra tergantung pada
pengguna yang membutuhkan citra tersebut.
Apabila pengguna membutuhkan citra dengan cakupan luas, maka citra yang
diambil adalah citra yang memiliki ketinggian mata diatas 4000 meter. Namun, apabila pengguna menginginkan citra
yang kenampakan obyeknya lebih rinci maka citra yang diambil adalah citra
berketinggian mata dibawah 1000 meter.
BAB V
Unsur
dan teknik menginterpretasi citra memiliki fungsi untuk mempermudah proses
interpretasi dan identifikasi obyek bagi para pengguna citra penginderaan jauh.
Jenis, macam obyek, cara membedakan karakteristik masing-masing obyek, serta cara
mengklasifikasi obyek pada citra dapat dilakukan dengan mempelajari unsur dan
teknik menginterpretasi citra dan hasil klasifikasinya akan kurang lebih
seperti tabel pada bab pembahasan
.
Sutanto.
1994. Penginderaan Jauh Jilid 1.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar