- Perkembangan Sistem dan Wahana
Awal
mula perkembangan sistem dan wahana penginderaan jarak jauh yaitu pada tahun
1919. Pada masa itu telah terdapat upaya pemotretan melalui pesawat terbang dan wahana lain serta
interpretasi foto udara. Misalnya, pemotretan dengan wahana layang-layang
dilakukan oleh ED Archibalg dari Inggris 1882 untuk memperoleh data meteorologi.
Penggunaan
foto udara ini banyak digunakan untuk keperluan militer dan baru digunakan
untuk keperluan sipil setelah Perang Dunia II. Dalam tiga puluh tahun terakhir,
penggunaan sistem dan teknologi penginderaan jarak jauh semakin dapat diakui
manfaat dan akurasinya. Penggunaan teknik interpretasi citra secara manual
serta pengolahan citra satelit secara digital telah mencapai taraf operasional
untuk seluruh aplikasi di bidang survei-pemetaan.
Negara-negara
yang telah meluncurkan satelit diantaranya, Amerika Serikat, Kanada, Perancis,
Jepang, Rusia, India, dan China. Satelit yang diluncurkan memiliki resolusi
mulai dari sekitar 1 meter atau kurang (IKONOS, QuickBird, OrbView,
GeoEye milik perusahaan swasta Amerika Serikat), 10 meter atau kurang (COSMOS
milik Rusia, SPOT milik Perancis, ALOS milik Jepang, IRS milik India), 15-30
meter (Landsat 7 ETM+ milik Amerika Serikat, ASTER milik kerjasama antara
Jepang dan NASA), 50 meter (MOS milik Jepang), 250 dan 500 meter (MODIS milik
Jepang) hingga 1,1 km (NOAA-AVHRR milik Amerika Serikat).
Sensor-sensor
satelit baru tidak hanya beroperasi pada wilayah multispektral, saluran
pankromatik dengan resolusi spasial yang lebih tinggi dari saluran spektral
lain pada sensor yang sama juga dioperasikan oleh berbagai sistem. Sensor aktif
seperti radar juga telah digunakan oleh berbagai satelit misalnya ERS dan
Envisat (Uni Eropa), Radarsat (Kanada), dan JERS (Jepang). Sementara sistem
sensor aktif berbasis teknologi laser (Lidar) terus dikembangkan untuk
memperoleh informasi permukaan kanopi pepohonan dan permukaan tanah secara
sekaligus.
- Perkembangan Aplikasi
Seperti telah
dijelaskan sebelumnya bahwa penginderaan jarak jauh pada awalnya berhubungan
dengan keperluan militer. Gambaran wilayah yang dapat disajikan secara vertikal
dapat membantu dalam penyusunan strategi perang, hal tersebut lebih efektif
dibandingkan menggunakan peta. Kemajuan potret menggunakan film peka sinar
inframerah juga telah membantu analisis militer dalam membedakan kenampakan
kamuflase objek militer dengan objek alam.
Dalam
bidang pertanian, teknologi foto inframerah juga dimanfaatkan untuk konteks
perkiraan kerapatan vegetasi, biomassa dan aktivitas fotosintesis. Teknologi
tersebut juga efektif dalam pemetaan garis pantai karena foto inframerah dapat
membedakan objek air dan bukan air.
Pada
perkembangan selanjutnya sensor-sensor tersebut semakin berkembang ke wilayah
spektra panjang gelombang yang lebih luas, sehingga semakin banyak jenis objek
dan fenomena yang dikaji melalui citra hasil perekaman yang diperoleh. Setiap
eksperimen yang sukses dengan rancangan sensor baru kemudian diujicoba
menggunakan wahana yang berbeda, untuk kemudian dioperasionalkan ke sistem
satelit yang mampu merekam secara kontinyu dan memiliki cakupan global.
- Pergeseran Penerapan Teknologi dari Pemerintah
ke Swasta
Pemerintah Amerika Serikat
mengizinkan perusahaan sipil komersial untuk memasarkan data penginderaan jauh
resolusi tinggi yaitu 1-4 meter pada tahun 1994. Dua perusahaan swasta yaitu
Earth Watch dan Space Imaging segera mengeluarkan produk mereka yaitu Earlybird
dan Quickbird (Earth Watch) serta Ikonos (Space Imaging). Earlybird memiliki
resolusi 3 meter untuk citra pankromatik dan 15 meter untuk citra
multispektral. Quickbird beresolusi 0,6 meter dan Ikonos beresolusi 1 meter untuk
pankromatik, serta 2,4 dan 4 meter untuk multispektral. GeoEye saat ini mampu
memberikan resolusi sekitar 40 cm, meskipun pemerintah Amerika Serikat
membatasi distribusi dan penggunaan citra resolusi tinggi hanya sampai 50 cm.
Pertukaran jual-beli
data resolusi tingi saat ini semakin sulit untuk diawasi dan diatur oleh
negara, karena lalu lintas data telah dapat dilakukan secara bebas melalui
jaringan internet. Banyak perusahaan pemasaran data satelit sumberdaya dan
cuaca yang menyediakan fasilitas download data melalui
internet.
- Perkembangan Teknik Analisa
Dari Manual ke Digital
Pemanfaatan produk
penginderaan jarak jauh masih berupa citra tercetak (hard copy) dan
diinterpretasi secara visual dan manual ketika berbagai negara berkembang masih
memiliki akses terbatas ke sistem komputer. Prinsip-prinsip interpretasi
fotografis dapat diterapkan pada citra satelit yang telah dicetak, dan
memberikan informasi fenomena spasial di permukaan bumi pada skala
regional.
Sejalan dengan
perkembangan teknologi komputer, maka semakin banyak paket perangkat lunak
pengolah citra digital dan Sistem Informasi Geospasial yang dioperasikan dengan
komputer. Fasilitas analisis spasial dari SIG mampu mempertajam kemampuan
analisis pengolahan citra, terutama dalam hal pemanfaatan data bantu untuk
meningkatkan akurasi hasil klasifikasi multispektral.
Dari Multispektral ke Hyperspektral
Pengunaan
analisis multispektral pada mulanya hanya menggunakan alat pemandu warna
elektrik seperti additive colour viewer (ACV) yang dapat digunakan untuk
menampilkan diapositif film multispektral dengan penyinaran warna primer
(merah, hijau dan biru) untuk masing-masing saluran. Melalui teknik ini, empat
warna saluran tersebut dapat disajikan sebagai foto udara komposit warna semu
atau warna asli tergantung pemilihan kombinasi sinar merah, hijau, biru pada
diapositif saluran yang berbeda.
Analisis
multispektral dapat dilakukan secara lebih teliti dan diolah dengan komputer berkat
adanya sistem perekam citra digital. Perkembangan analisis multispektral juga
mengarah ke penambahan jumlah dan lebar saluran. Maka berkembanglah suatu
sistem baru yaitu sistem hyperspektral. Sistem ini mampu mencitrakan fenomena
di permukaan bumi dengan jumlah saluran spektral yang mencapai ratusan dan
dengan lebar setiap saluran hanya beberapa nanometer saja.
Dari Perpiksel ke Perobjek
Pada
klasifikasi multispectral citra resolusi tinggi, satu piksel merupakan bagian
dari objek penutup lahan yang umumnya berukuran jauh lebih besar, sehingga
klasifikasinya masih berbasis piksel yang tidak berkaitan langsung dengan
kategori objek yang dikembangkan. Untuk mengatasi masalah tersebut, dalam waktu
sepuluh tahun terakhir mulai berkembang metode klasifikasi berbasis objek yang
memanfaatkan teknik segmentasi citra.
- Perkembangan Penginderaan Jarak Jauh di Indonesia
Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mulai menggunakan satelit pemantau
bumi (Earth Observation Satellite) di
Indonesia pada tahun 1984 dengan mendirikan stasiun bumi untuk satelit Landsat
di Pekayon, Jakarta Timur. Satelit Landsat ini memiliki ketinggian orbit 700 km
dengan inklinasi orbit 98.2o. Stasiun bumi yang dibangun mempunyai
antenna penerima berdiameter 10 meter yang beroperasi pada frekuensi X-Band. Selain
itu, didirikan pula stasiun bumi bagi satelit cuaca NOAA yang mempunyai ketinggian
orbit 833 km dengan inklinasi orbit 98.9o serta beroperasi pada
frekuensi L-Band. Landsat merupakan Satelit Sumberdaya Alam yang digunakan
untuk mengamati permukaan tanah bumidan klasifikasi penggunaannya. Sedangkan NOAA
adalah Satelit Cuaca yang digunakan untuk mengamati radiasi bumi yang
berhubungan dengan cuaca.
Pada
tahun 1993 LAPAN menambah stasiun bumi di Parepare dan kemampuan untuk menerima
satelit Landsat 5 dan SPOT 2. Dengan berakhirnya masa operasi Landsat 5 dan
SPOT 2, sejak tahun 2003 dioperasikan satelit Landsat 7 dan SPOT 4. Pada kurun
waktu yang sama, LAPAN juga membuat stasiun bumi pengamat cuaca di Indonesia
Timur yaitu NOAA di Pulau Biak.
LAPAN
menjalin kerjasama dengan provider satelit yang tidak direkam langsung oleh
stasiun bumi LAPAN, misalnya untuk data ALOS yang dipercayakan oleh pihak
Jepang agar LAPAN mendistribusikan datanya di Indonesia. LAPAN juga membantu
terbentuknya Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesia (MAPIN) sebagai wadah
pengembangan teknologi dan aplikasi penginderaan jauh di Indonesia.
Demi
mengurangi ketergantungan terhadap teknologi antariksa negara lain, LAPAN
mengembangkan program LAPAN-TUBSAT. Program ini merupakan satelit mikro yang
dikembangkan LAPAN bekerjasama dengan Universitas Teknik Berlin (TU Berlin). Wahana
ini dirancang berdasarkan satelit yang pernah dikembangkan TU Berlin yaitu
DLR-TUBSAT. Satelit LAPAN-TUBSAT digunakan untuk pemantauan bumi, seperti
pemantauan kebakaran hutan, gunung berapi, dsb. Selain itu, satelit ini juga
dapat menyimpan dan meneruskan pesan singkat untuk misi komunikasi statis dan
bergerak.
LAPAN-SUBSAT
diluncurkan melalui roket PSLV milik India pada tanggal 10 Januari 2007. Satelit
ini mempunyai orbit polar di ketinggian 635 km, sehingga akan mengitari bumi setiap
sekitar 90 menit. Stasiun bumi pertama untuk satelit tersebut didirikan di
Rumpin, Bogor yang dilengkapi dengan parabolic antenna berdiameter 4 meter
untuk menerima gambar video dari satelit di frekuensi 2220 MHz.
berikut merupakan ringkasan perkembangan penginderaan jauh :
berikut merupakan ringkasan perkembangan penginderaan jauh :
- 1800 Penemuan inframerah oleh Sir W. Herschel
- 1839 Awal mula fotografi sederhana
- 1847 Spektrum inframerah dikenalkan oleh J.B.L. Foucault
- 1859 Awal mula fotografi dari balon udara
- 1873 Teori Spektrum Elektromagnetik oleh J.C. Maxwell
- 1909 Fotografi dari Pesawat udara
- 1916 Perang Dunia I
- 1935 Pembuatan RADAR di Jerman
- 1940 WW II : Aplikasi dari bagian gelombang elektromagnetik non-visible
- 1950 Reset Pemerintah dan Militer
- 1959 Fotografi bumi dari ruang angkasa pertama kali (Explorer-6)
- 1960 Peluncuran Satelit Meteorologi TIROS
- 1970 Laboratorium observasi penginderaan jauh dari ruang angkasa
- 1972 Peluncuran Landsat-1 (ERTS-1) : MSS Error
- 1972 Perkembangan secara cepat dari pengolahan tampilan digital
- 1982 Peluncuran Landsat-4 : Generasi baru dari Landsat sensor
- 1986 Stasiun observasi bumi satelit SPOT secara komersial di Perancis
- 1986 Pembuatan sensor hiperspektral
- 1990 Pembukaan sistem penginderaan jauh secara komersial
- 1999 Peluncuran EOS : Misi observasi bumi NASA
- 1999 Peluncuran IKONOS, sistem sensor resolusi spasial tertinggi
Daftar Pustaka :
Aggarwal, Shefall. Principle of Remote Sensing. Sattelite Remote Sensing and GIS Applications in Agricultural Meteorology. www.wamis.org
Haryanto, Bambang. 2015. Perkembangan Teknologi Penginderaan Jauh. Kompasiana. http://m.kompasiana.com/lapan/.go.id/perkembangan-teknologi-penginderaan-jauh_552dffa26ea8349e168b456d
Haryanto, Bambang. 2015. Perkembangan Teknologi Penginderaan Jauh. Kompasiana. http://m.kompasiana.com/lapan/.go.id/perkembangan-teknologi-penginderaan-jauh_552dffa26ea8349e168b456d
R. H.
Triharjanto., A. Widipaminto. Pengunaan Satelit Penginderaan Jauh di Indonesia.
LAPAN. www.geocities.ws
Puspics.
Perkembangan Penginderaan Jauh. Program S2 Penginderaan Jauh Universitas Gadjah
Mada. puspics.ugm.ac.id/s2pj/Perkembangan_PJ.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar