Senin, 21 November 2016
Minggu, 06 November 2016
Tugas 6 Interpretasi Citra Secara Visual Menurut Para Ahli
Interpretasi Citra
Secara Visual
Tahapan interpretasi citra menurut para ahli adalah sebagai berikut :
- Vink
Menurut Lo (1976) terdapat
enam tahap interpretasi citra menurut Vink yaitu sebagai berikut :
1. Deteksi, merupakan penyadapan data secara selektif
atas obyek (tampak langsung) dan elemen (tak tampak langsung) dari citra.
2. Pengenalan dan identifikasi, setelah dilakukan deteksi
maka obyek akan dikenali, diidentifikasi.
3. Analisis, yaitu suatu proses pemisahan dengan cara
penarikan garis batas kelompok obyek atau elemen yang memiliki wujud yang sama.
4. Deduksi, proses ini dilakukan berdasarkan pada asas
konvergensi bukti untuk prediksi terjadinya hubungan tertentu, dimana konvergensi
bukti merupakan penggunaan bukti-bukti yang masing-masing saling mengarah pada satu
titik simpul.
5. Klasifikasi, tujuan dilakukannya klasifikasi adalah
untuk menyusun obyek dan elemen ke dalam sistem yang teratur.
6. Idealisasi, merupakan penggambaran hasil dari
interpretasi tersebut.
Hasil
interpretasi citra sangat bergantung atas penafsir citra dan tingkat
referensinya. Tingkat referensi adalah seberapa luas dan seberapa dalam pengetahuan
penafsir citra. Ada tiga tingkat referensi yaitu seperti dibawah ini :
a.
Umum adalah pengetahuan umum penafsir citra tentang gejala dan proses yang
diinterpretasi.
b.
Lokal adalah pengetahuan penafsir citra terhadap daerah yang diinterpretasi.
c.
Khusus adalah pengetahuan yang mendalam tentang proses dan gejala yang
diinterpretasi.
2. Lo
Berdasarkan pada
pendapat Vink maka Lo mengemukakan bahwa interpretasi citra dilakukan dengan
tahap-tahap sebagai berikut :
1.
Deteksi.
2. Merumuskan
identitas obyek dan elemen berdasarkaan karakteristik foto (ukuran, bentuk, bayangan, rona, tekstur, pola dan situs).
3.
Mencari arti
melalui proses analisis dan deduksi.
4. Klasifikasi
melalui serangkian keputusan, evaluasi, dan sebagainya berdasarkan kriteria
yang ada.
5. Teorisasi yaitu menyusun
teori atau menggunakan teori yang ada pada disiplin yang bersangkutan.
Pada
dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua proses yaitu proses perumusan
identitas obyek dan elemen yang dideteksi pada citra, serta proses untuk
menemukan arti pentingnya obyek dan elemen tersebut. Karakteristik foto seperti
ukuran, bentuk, bayangan dan sebagainya digunakan untuk identifikasi obyek,
sedangkan analisis dan deduksi digunakan untuk menemukan hubungan dalam proses
yang kedua. Proses tersebut menghasilkan sebuah klasifikasi dalam upaya
menyajikan sejenis keteraturan dan kaitan antara informasi kualitatif yang
diperoleh. Klasifikasi tersebut menuju kearah teorisasi yang artinya penyusunan
teori berdasarkan penelitian yang bersangkutan atau penggunaan teori yang ada
sebagai dasar analisis dan penarikan kesimpulan didalam penelitian itu. Maka interpretasi
citra pada dasarnya berupa proses klasifikasi yang bertujuan untuk memasukkan
gambaran pada citra ke dalam kelompok yang tepat sehingga diperoleh pola dan
hubungan yang saling berkaitan.
3. Roscoe
Roscoe (1960)
menyatakan bahwa interpretasi citra meliputi serangkaian proses yang berupa :
- Interpretasi awal,
- Pembuatan peta kerja,
- Pekerjaan medan,
- Tinjauan kembali atas masalah dan metode,
- Interpretasi akhir,
- Kesimpulan dan uji medan,
- Penyajian akhir.
Pada interpretasi
awal dilakukan interpretasi dari citra berskala kecil ke arah yang skalanya
lebih besar, dari pola umum ke wujud individual, dari obyek yang mudah dikenal hingga
ke arah yang lebih sukar dikenal. Setelah diamati pola umumnya, kemudian dikaji
secara rinci unsur-unsur yang membentuk pola tersebut. Hasil interpretasi awal
ini diwujudkan dalam peta kerja.
Dengan menggunakan
peta kerja dan citra yang lebih diinterpretasi, pekerjaan medan dapat dilakukan
lebih efisien, terarah lebih baik, serta pelaksanaanya lebih singkat. Kadang –
kadang di medan juga dilakukan interpretasi citra untuk mengembangkan informasi
baru yang diperoleh dengan pengamatan langsung.
Tinjauan atas
masalah dan metode yang dipilih untuk pemecahan masalah perlu dilaksanakan
untuk menyimpulkan apakah ia akan tetap pada masalah yang telah dirumuskan dan
metode yang dipilih. Kemudian dilakukan interpretasi akhir, penarikan
kesimpulan, dan penyusunan kerangka laporan. Sebelum menulis laporan, lebih
baik datang sekali lagi ke daerah penelitian untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan yang timbul pada interpretasi akhir.
Penyajian hasil
interpretasi dapat dilakukan dengan menyajikan gambaran dalam kaitan spasial
yang jelas dan dapat digunakan foto udara serta citra lainnya yang diberi
notasi, mosaik foto, dan peta. Disamping itu, informasi yang terkumpul juga
dapat menjadi kunci interpretasi citra.
4. Umali
Umali (1983) memaparkan
tiga tahap menginterpretasi citra Landsat yaitu :
1.
Analisis citra
Penafsiran citra dimulai
dengan mendeteksi rona atau warna pada citra dengan menarik garis batas bagi
kelompok wujud yang rona atau warnanya sama dan memisahkannya dari yang lain.
2.
Interpretasi citra
Pengenalan jenis
obyek dilakukan dengan menggunakan unsur spasial seperti ukuran, bentuk,
tekstur, bayangan, dan situsnya. Obyek yang tergambar pada citra tidak hanya
dikenali jenisnya, melainkan juga dikaji polanya atau susunan keruangannya.
Pola tersebut antara lain berupa pola bentuk lahan, pola bentang budaya, pola
aliran, dan pola penggunaan lahan.
3.
Interpretasi
disipliner terinci
Jenis dan pola obyek yang tergambar pada citra
diinterpretasi arti pentingnya sesuai dengan tujuan interpretasinya misalnya
untuk geologi, penggunaan lahan, sumberdaya akuatik, lingkungan, dan hidrologi.
5. Estes et al
Estes et al (1983) memaknai analisis citra sebagai
keseluruhan pekerjaan interpretasi citra. Estes et al mengemukakan suatu paradigma analisis
citra secara manual atau visual dan digital.
Pekerjaan analisis citra meliputi
tiga yaitu :
1) deteksi dan identifikasi
2) pengukuran
3) pemecahan masalah
Mula-mula dilakukan deteksi obyek
penting yang tergambar pada citra,
kemudian obyek tersebut diukur
dengan cara manual atau menggunakan instrumen. Pengukuran ini dilakukan atas
rona atau warna, bentuk, luas, lereng, bayangan, terkstur, atau aspek lainnya.
Pengukuran ini penting dalam upaya pemecahan masalah yang dapat beraneka
bentuknya, antara lain berupa pengenalan obyek melalui pengamatan obyek lain
atau pengenalan kompleks obyek berdasarkan obyek satu persatu, pemecahan
masalah juga berarti penggunaan yang tepat data yang telah diperoleh dari citra
penginderaan jauh.
Baik dengan cara manual maupun digital,
cara analisisnya berdasarkan pada unsur interpretasi citra,
yang dalam hal ini dilakukan analisis yang aturannya
berbeda bagi cara manual dan cara yang bersifat mempermudah dan atau
mempertinggi hasil analisisnya.
Analisis citra
secara manual pada dasarnya merupakan proses deduktif. Penarikan kesimpulan
didasarkan atas apa yang telah diketahui atau sesuatu yang kebenarannya telah
diterima secara umum. Di samping itu, obyek yang mudah dikenali pada citra
bersifat mengarahkan ke pengenalan obyek lainnya. Di dalam menyimpulkan jenis
obyek atau kondisi suatu daerah yang tergambar pada citra, digunakan lebih dari
satu unsur yang masing-masing mengarah ke satu kesimpulan, tidak ada yang
bertentangan. Asas inilah yang disebut konvergensi bukti (converging evidence, convergence of evidence).
DAFTAR PUSTAKA :
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
DAFTAR PUSTAKA :
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Langganan:
Postingan (Atom)